Selingan Random: Sebentuk SMS di Hari Minggu (Kisah Fiktif)

Pagi ini aku bangun siang. Entah seperti apa aku harus mengistilahkannya. Sebenarnya hari ini aku berencana bangun sore. Kamu taulah, hari ini hari Minggu. Seharusnya kamu bisa lebih mengerti keadaanku. Kita kan sama-sama mahasiswa. Tapi smsmu siang ini benar-benar menjadi alarm untuk nyenyak tidurku. Menghempaskan segala mimpi indahku tentang Nabilah JKT48 yang secara gaib muncul di depan kamar kosanku untuk mengantarkan pakaianku yang telah selesai di-laundry. Ah sudahlah.

Isi smsmu sebenarnya tidak panjang. Tidak seperti teks khutbah khatib salat Jumat. Smsmu cuma berbentuk 2 kata. “Mas, Aku hamil”. Sepintas ku kira itu sms nyasar dari mama yang selalu minta pulsa. Sejenis trik baru karena semua orang sudah tahu modus operandinya. Tapi itu benar-benar berasal darimu. Aku tahu karena di layar HPku tertera namamu, bukan hanya berbentuk nomor. Seketika kepalaku langsung dihujami palu gaib. Kamu hamil? Itu kata batinku. Kamu hamil?? Teriak batinku. KAMU HAMIL??? Itu bukan aku, itu suara TV sebelah, entah siapa yang putar FTV di saat seperti ini. Dialog FTV yang aneh.

Aku pun tertegun dan mencoba berpikir tenang. Pernahkah aku berniat menghamilimu? Rasa-rasanya tidak. Aku bukan kucing atau ayam. Setidaknya sampai saat ini, aku merasa masih berwujud manusia. Kubaca kembali perlahan-lahan smsmu. Tanganku gemetar, badanku gemetar. Kumatikan kipas angin. Ah, anginnya terlalu kencang, membuat badan gemetar. Aku mencoba kembali berpijak ke dunia dan berpikir rasional, apa sejatinya makna smsmu. Kenapa kalimat smsmu tiba-tiba menohok seperti ini, tidak seperti sms-smsmu yang biasanya, yang menanyakan sudah makan atau belum atau sudah tidur atau belum. Smsmu biasanya seperti itu, aku curiga itu semacam sms template yang sudah kau simpan di HPmu. Seharusnya kau lebih kreatif kalau bertanya. Kamu sudah mahasiswa.

Pikiranku benar-benar tak bisa diajak berpikir sehat. Ada baiknya aku langsung bertanya kepadamu. Kuambil baju, kupakai lalu kulepas lagi. “Harusnya saya mandi dulu”, itu kata hatiku.
Setelah beres, kupacu sepeda motorku menuju rumahmu. Entah kalimat apa yang harus kuucapkan padamu. Apakah harus to-the-point atau seperti apa. Ah, kamu benar-benar membuat hatiku menjadi kontroversi. Tiba-tiba saya teringat Vicky. Terima kasih Vicky, kata-katamu benar-benar bermanfaat untuk menggambarkan situasi yang terjadi saat ini.

(cerita ini sebenarnya masih berlanjut, tapi saya malas, jadi saya akhiri begini saja)